Gambar Sampul Bahasa Indonesia · c_Pelajaran 3 Kemasyarakatan
Bahasa Indonesia · c_Pelajaran 3 Kemasyarakatan
Adi, Aminudin, Yudi

23/08/2021 07:38:55

SMA 11 KTSP

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

Mungkin Anda pernah mengadakan acara kegiatan di sekolah.

Dalam susunan acara ada sambutan/khotbah dari orang tertentu,

misalnya kepala sekolah atau tokoh agama. Kegiatan mendengarkan

sambutan/khotbah berhubungan dengan sikap kita dalam menerima

informasi ataupun nilai-nilai dalam sambutan/ceramah. Dalam

pelajaran ini, selain mendengarkan ceramah/khotbah, Anda akan

belajar memahami hikayat. Dalam hal ini, Anda mengenal unsur-

unsur hikayat yang dapat ditelaah. Barangkali, ada di antara Anda

yang suatu waktu berminat menjadi peneliti naskah tua (filologi),

Anda dapat belajar mulai sekarang. Dengan demikian, Anda dapat

menyingkap kekayaan naskah sastra klasik Nusantara. Dalam

pelajaran ini, Anda juga akan belajar mengenal prinsip-prinsip

penulisan resensi. Hal ini akan berguna untuk pelajaran menulis

resensi buku sastra di Pelajaran 4A nanti.

mi

sa

l

nya

k

epa

la

se

k

o

l

a

h

a

t

au

to

k

o

h

agama

.

Keg

i

atan

men

d

engar

k

an

sambutan

/

khotba

h

berhubun

g

an

d

en

g

a

n

sika

p

k

i

ta

da

l

a

m

m

e

n

e

rim

a

i

n

f

ormas

i

at

aupun

n

il

a

i

-n

il

a

i

d

a

l

a

m

s

am

b

utan/cerama

h.

D

a

l

am

pe

l

a

j

ara

n

i

n

i,

se

l

a

i

n

m

en

d

engar

k

an

c

erama

h

/

kh

ot

b

a

h,

An

d

a

ak

an

b

ela

j

a

r

me

m

a

h

a

m

i

hika

y

at.

D

a

l

am

ha

l

ini

,

A

n

da

m

en

g

enal

unsur-

unsu

r

hik

a

y

at

y

an

g

d

apat

di

te

l

aa

h.

B

aran

gk

a

li

,

a

da

di

antara

An

da

yan

g

sua

tu

w

a

k

t

u

b

erm

i

na

t

m

en

j

a

di

pene

li

t

i

nas

k

a

h

t

ua

(

fil

o

l

og

i

),

An

da

d

a

p

a

t

bela

j

ar

m

u

l

ai

s

ekaran

g.

D

en

g

an

d

emikian

,

A

n

da

da

p

at

m

en

yi

n

gk

ap

k

e

k

a

y

aan

n

as

k

a

h

sastr

a

kl

as

ik

N

usantara

.

D

a

l

a

m

pe

l

a

j

ara

n

i

n

i,

An

d

a

j

ug

a

ak

an

b

e

l

a

j

ar

m

engena

l

pr

i

ns

i

p-pr

i

ns

i

p

p

enulisa

n

resensi

.

H

al

i

n

i

a

k

an

ber

g

un

a

u

n

tu

k

pela

j

ara

n

m

e

n

u

li

s

resens

i

b

u

ku

s

as

t

ra

di

P

e

l

a

j

aran

4A

nant

i.

Mungkin

Anda

pernah

mengadakan

acara

kegiatan

di

sekolah

Kemasyarakatan

3

Pelajaran

S

u

m

b

e

r

:

M

a

j

a

l

a

h

T

e

m

p

o

,

M

e

i

2

0

0

6

54

Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XI Program IPA dan IPS

Peta Konsep

Keterampilan aspek

berbahasa

terdiri atas

kegiatan

hal-hal yang harus diperhatikan

Membaca dan

menganalisis unsur

hikayat

Dilakukan dengan memahami

unsur-unsur hikayat

Mengenal prinsip-

prinsip menulis resensi

buku sastra

Tujuan

Dasar-dasar

Nilai

Buku

Bahasa

Kelebihan

Resensi

Pola

Tulisan

Langkah-

langkah

Memahami pokok-pokok

sambutan/khotbah

Membuat ringkasan

Unsur-

unsur

Mendengarkan

sambutan/khotbah

Alokasi waktu untuk Pelajaran 3 ini adalah 15 jam pelajaran.

1 jam pelajaran = 45 menit

55

Kemasyarakatan

Mendengarkan Isi Sambutan/

Khotbah

A

Hadirin yang saya hormati,

Pertama-tama, kita patut bersyukur ke hadirat

Tuhan Yang Maha Esa. Dengan izin-Nya-lah kita

bisa hadir dalam rangka pembukaan pelaksanaan

"Program Forum Warga" di daerah kita tercinta ini.

Saya pun mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada berbagai pihak yang telah hadir

dalam kegiatan kita kali ini. Kami selaku panitia

mengucapkan selamat datang kepada Ibu Bupati, para

camat, serta para lurah yang telah menyempatkan

hadir dalam kesempatan kita ini.

Seperti Ibu dan Bapak ketahui, pengembangan

dan pemberdayaan masyarakat ke arah yang lebih

baik menuntut dibukanya kebebasan warga. Biarkan

mereka berpikir dan berpendapat bebas terhadap

semua masalah yang terjadi di sekeliling mereka.

Termasuk dalam menentukan cara menyelesaikan

persoalan.

Hadirin yang saya hormati.

Contoh yang lebih konkret misalnya di wilayah

kelurahan atau desa kita. Di lingkup itu, semua warga

masyarakat harus tahu apakah kelompok miskin,

pengangguran, putus sekolah di sekitar mereka semakin

bertambah setiap tahun, tetap, atau berkurang. Bukan

itu saja, mereka juga berhak tahu tentang kebersihan,

keamanan, dan kenyamanan hidup bertetangga. Pokok-

nya, semua hal yang terkait dengan hidup bermasyarakat

harus diketahui, disadari dan ditangani secara bersama-

sama.

Pilihan yang paling tepat untuk bisa "hidup ber-

sama-sama seperti itu adalah" tentu saja bertemunya

seluruh warga atau unsur-unsur warga di satu ling-

kungan untuk berdialog atau berbicara secara terbuka,

transparan, dan demokratis. Dalam pertemuan ini

warga akan tahu kenapa dan bagaimana rencana

kerja pemerintah, berapa dana yang dimiliki, dari

mana sumber dana tersebut guna meningkatkan

kesejahteraan warganya. Pemerintah melalui kelurahan

juga dapat memahami mengapa dana untuk masyarakat

"macet". Mengapa jumlah fakir miskin, pengangguran,

dan/atau putus sekolah bertambah. Apakah para

pengusaha, kelompok-kelompok warga seperti

majelis taklim, dewan kesejahteraan masjid, gereja, dan

organisasi keagamaan lain masih dapat berpartisipasi

Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat mencatat pokok-

pokok isi sambutan atau khotbah yang didengar. Selain itu, Anda

diharapkan dapat menuliskan pokok-pokok isi sambutan atau khotbah

ke dalam beberapa kalimat. Selanjutnya, Anda diharapkan dapat

menyampaikan (secara lisan) ringkasan sambutan atau khotbah.

1. Mendengarkan Sambutan

Dalam kegiatan keseharian, baik di lingkungan sekolah atau

masyarakat,

Anda tentunya pernah mengikuti kegiatan yang dilak-

sanakan dalam berbagai acara. Saat acara dilaksanakan, biasanya ada

kata sambutan dari pihak panitia, pejabat pemerintah, ataupun orang

yang dihormati. Misalnya, dalam acara kegiatan di sekolah, kepala

sekolah atau ketua panitia berkenan untuk memberikan sambutan.

Dalam acara resmi tingkat nasional atau internasional pun selalu ada

sambutan dari orang/pejabat tertentu.

Kegiatan memberikan sambutan disesuaikan dengan situasi saat

acara dilangsungkan. Dalam hal ini, seseorang yang memberikan

sambutan harus memahami hal-hal apa saja yang dia kemukakan

termasuk siapa saja orang yang hadir. Selain itu, perhatikan pula

panjang-pendeknya sambutan yang akan kita sampaikan.

Jangan

sampai sambutan yang kita berikan mengganggu acara inti. Begitu pun

bahasa dan gerak tubuh harus menunjang pembicaraan.

Berikut ini contoh sambutan ketua panitia dalam suatu acara.

Dengarkanlah dengan baik, salah seorang temanmu akan mem-

bacakannya. Selama teman Anda membacakannya, tutuplah buku Anda

dan tulislah hal-hal penting yang disampaikan teman tersebut.

Sumber

:

www.deplu.go.id

Gambar 3.1

Contoh sambutan yang dilakukan

dalam forum internasional.

56

Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XI Program IPA dan IPS

mengatasi masalah sosial di masyarakat. Dan, mengapa

ada masyarakat yang masih enggan terlibat dalam

mendukung program pemerintah.

Pertemuan ini juga bertujuan untuk meningkat-

kan pemahaman antarkelompok agama, antaretnis,

juga antargenerasi. Bahkan diharapkan mampu

menjalin kerja sama demi kesejahteraan bersama.

Pertemuan antarwarga atau antarunsur-unsur ke-

lompok warga yang berjalan secara rutin selama

ini, tiada lain bertujuan membicarakan masalah dan

penyebabnya, merencanakan kegiatan pemecahan,

hingga mengevaluasi hasil kegiatan inilah yang sering

dinamakan "Forum Warga". Meskipun istilah "Forum

Warga" terkesan baru, kegiatan seperti ini sebenarnya

sudah menjadi tradisi masyarakat nusantara sejak dulu.

Kegiatan tersebut di pedesaan hampir sama dengan

apa yang disebut "Rembuk Desa".

Hadirin yang saya hormati.

Forum Warga bukan suatu organisasi dengan

struktur yang formal. Ia hanyalah istilah untuk mena-

makan suatu kegiatan pertemuan rutin warga guna

mengatasi persoalan dan meningkatkan kerja sama

antarwarga masyarakat termasuk peningkatan man-

faat pembangunan yang ada. Fungsi lain yang juga

penting, dalam pemerintahan desa dan kelurahan

yang semakin demokratis, Forum Warga juga dapat

menjadi tempat penyampaian tanggung jawab

pembangunan pemerintah melalui kelurahan atau

desa kepada warga masyarakatnya.

Demikianlah sambutan yang dapat saya sam-

paikan. Kami mohon maaf jika ada kekurangan

selama acara kegiatan pembukaan ini. Semoga Tuhan

Yang Mahakuasa memberkahi niat baik kita. Selain

itu, semoga kegiatan "Program Forum Warga" ini ke

depannya dapat terlaksana dengan baik. Amin.

Terima kasih atas perhatian hadirin.

Dari sambutan yang disampaikan tersebut, ada beberapa hal

yang dikemukakan sebagai berikut.

sama antarwarga masyarakat.

1. Buatlah sambutan singkat dengan pilihan situasi sebagai berikut.

a. Kegiatan peresmian ruangan sekretariat OSIS yang baru.

Dalam hal ini, Anda bertindak sebagai ketua OSIS.

b. Acara ulang tahun teman Anda.

c. Kegiatan pekan olahraga dan kesenian di sekolah Anda.

2. Lakukanlah tukar silang hasil pekerjaan dengan teman Anda.

3. Bacakanlah isi sambutan tersebut secara bergiliran.

4. Selama teman Anda membacakan sambutannya, catatlah pokok-

pokok pikiran yang ada dalam sambutan tersebut.

5. Sampaikan kembali isi pokok-pokok pikiran dari sambutan ter-

sebut dengan bahasa Anda sendiri.

1. Semua warga masyarakat harus tahu apakah kelompok

miskin, pengangguran, dan/atau putus sekolah di sekitar

mereka semakin bertambah setiap tahun, tetap, atau

berkurang.

2. Pilihan yang paling tepat untuk bisa hidup bersama-sama

seperti itu adalah tentu saja adalah bertemunya seluruh warga

atau unsur-unsur warga di satu lingkungan untuk berdialog

atau berbicara secara terbuka, transparan, dan demokratis.

3. Pertemuan ini juga bertujuan untuk meningkatkan pemahaman

antarkelompok agama, antaretnis, juga antargenerasi.

4. Forum Warga merupakan suatu kegiatan pertemuan rutin

warga guna mengatasi persoalan dan meningkatkan kerja

Uji

Materi

57

Kemasyarakatan

2. Mendengarkan Khotbah

Khotbah atau biasa kita sebut ceramah keagamaan termasuk

kegiatan berpidato di muka umum. Khotbah biasa dilakukan oleh

orang-orang yang ahli dalam bidang agama, seperti ustadz, pendeta,

biksu, dan sebagainya. Sama halnya dengan sambutan, khotbah yang

disampaikan terdiri atas pikiran-pikiran pokok. Tujuan khotbah bisa

berisi ajakan melakukan kebaikan, motivasi hidup ataupun beribadah,

bahkan larangan-larangan bagi manusia.

Bacakanlah khotbah berikut oleh salah seorang di antara Anda.

Selama teman Anda membacakannya, tutuplah buku Anda dan

catatlah hal-hal penting yang dikemukakan dalam khotbah berikut.

Konsep Diri

Hadirin yang saya hormati,

Kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan

Yang Maha Esa karena berkat izin-Nyalah kita bisa

berkumpul di tempat ini.

Perkenankanlah pada khotbah kali ini saya akan

mengambil pembahasan mengenai konsep diri.

Hadirin yang saya muliakan,

Konsep diri dapat didefinisikan sebagai keya-

kinan, penilaian atau pandangan seseorang terhadap

dirinya.

Orang yang memiliki konsep diri negatif

berciri-ciri: meyakini dan memandang bahwa dirinya

lemah, tidak berdaya, malang, tidak kompeten, gagal,

tidak menarik, tidak disukai, atau bodoh. Orang

yang memiliki konsep diri negatif akan bersikap

pesimistis terhadap kehidupan dan kesempatan

yang dihadapinya. Mereka adalah tipe orang yang

gagal sebelum berperang, tidak melihat sebuah

kesempatan sebagai sebuah tantangan, melainkan

sebagai suatu masalah.

kegagalan menjadi sebuah pelajaran untuk menjadi

lebih baik.

Dalam hal ini saya ingin menekankan dengan

sebuah pertanyaan: Bukankah sebagai manusia yang

diciptakan Tuhan Yang Mahakuasa, kita seharusnya

memanfaatkan segala kelebihan yang diberikan

oleh-Nya?

Hadirin yang saya hormati,

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi

konsep diri adalah sebagai berikut.

1. Kegagalan

Kegagalan yang terus menerus dialami sering

kali menimbulkan pertanyaan kepada diri sendiri dan

berakhir dengan kesimpulan bahwa semua penye-

babnya terletak pada kelemahan diri. Kegagalan

membuat orang merasa dirinya tidak berguna.

Tidak

jarang orang yang merasa gagal terjebak pada

penilaian negatif terhadap dirinya sendiri, misalnya

bunuh diri. Bukankah Tuhan sendiri melarang

manusia untuk membunuh dirinya sendiri? Dalam

hal ini, secara filosofis, Tuhan memang menghargai

apa yang diciptakan-Nya.

2. Depresi

Orang yang sedang mengalami depresi akan

mempunyai pemikiran yang cenderung negatif dalam

memandang dan merespons segala sesuatunya, ter-

masuk menilai diri sendiri.

3. Kritik Internal

Terkadang, mengkritik diri sendiri memang

dibutuhkan untuk menyadarkan seseorang akan

perbuatan yang telah dilakukan. Kritik terhadap

diri sendiri sering berfungsi menjadi regulator atau

rambu-rambu dalam bertindak dan berperilaku

agar keberadaan kita diterima oleh masyarakat agar

dapat beradaptasi dengan baik.

4. Pola Asuh Orangtua

Pola asuh orangtua turut menjadi faktor signi-

fikan dalam mempengaruhi konsep diri yang terbentuk.

Sikap positif orangtua yang terbaca oleh anak, akan

menumbuhkan konsep dan pemikiran yang positif

Sebaliknya, orang yang memiliki konsep diri

yang positif akan memandang kehidupan secara

optimistis. Mereka penuh rasa percaya diri, mereka

siap menghadapi tantangan sekaligus kegagalan yang

mungkin sesekali mereka temui. Namun, kegagalan

itu tidaklah membuat mereka ‘mati’, namun

Sumber

:

www.images.google.com

58

Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XI Program IPA dan IPS

serta sikap menghargai diri sendiri. Sikap negatif

orangtua akan mengundang pertanyaan pada anak,

dan menimbulkan asumsi bahwa dirinya tidak

cukup berharga untuk dikasihi, untuk disayangi

dan dihargai; semua itu akibat kekurangan yang ada

padanya sehingga orangtua tidak sayang.

5. Mengubah Konsep Diri

Seringkali diri kita sendirilah yang menyebabkan

persoalan bertambah rumit dengan berpikir yang

tidak-tidak terhadap suatu keadaan atau terhadap

diri kita sendiri. Namun, dengan sifatnya yang

dinamis, konsep diri dapat mengalami perubahan ke

arah yang lebih positif. Langkah-langkah yang perlu

diambil untuk memiliki konsep diri yang positif yaitu

sebagai berikut.

a. Bersikap Objektif dalam Mengenali Diri

Sendiri

Hargailah diri sendiri. Tidak ada orang lain yang

lebih menghargai diri kita selain diri sendiri. Jikalau

kita tidak bisa menghargai diri sendiri, tidak dapat

melihat kebaikan yang ada pada diri sendiri, tidak

mampu memandang hal-hal baik dan positif dalam

diri, bagaimana kita bisa menghargai orang lain dan

melihat hal-hal baik yang ada dalam diri orang lain

secara positif? Jika kita tidak bisa menghargai orang

lain, bagaimana orang lain bisa menghargai diri kita?

b. Jangan Memusuhi Diri Sendiri

Peperangan terbesar dan paling melelahkan

adalah peperangan yang terjadi dalam diri sendiri.

Sikap menyalahkan diri sendiri secara berlebihan

merupakan pertanda bahwa ada permusuhan dan

peperangan antara harapan ideal dengan kenyataan

diri sejati (

real self

). Akibatnya, akan timbul kelelahan

mental dan rasa frustrasi yang dalam serta makin

lemah dan negatif konsep dirinya.

c. Berpikir Positif dan Rasional

Dengan memiliki konsep diri yang positif, seseorang

dapat memiliki rasa percaya diri yang kuat yang

menampilkan sosok pribadi yang menarik. Seseorang

yang selalu berpikir positif memiliki

inner beauty

.

Inner

beauty

atau "kecantikan batin" adalah cerdas, ramah,

murah senyum, punya banyak teman, dan rendah hati.

Kecantikan tubuh akan dianggap lebih berarti jika disertai

kecantikan batin. Hanya

saja masih banyak kaum hawa

yang belum ’sepakat’ dengan konsep bahwa kecantikan

batin atau

inner beauty

akan lebih abadi daripada

sekadar kecantikan fisik yang akan memudar dimakan

usia.

Demikianlah khotbah yang dapat saya sampai-

kan pada kesempatan ini. Semoga bermanfaat bagi

hadirin dan khususnya untuk saya sendiri. Amin.

Tentunya Anda dapat menemukan pikiran-pikiran pokok yang

dikemukakan dalam khotbah tersebut. Diskusikanlah isi pokok-

pokok pikiran dalam khotbah tersebut bersama teman Anda.

1. Buatlah khotbah singkat sesuai dengan nilai-nilai ajaran agama

yang Anda anut.

2. Lakukanlah tukar silang pekerjaan dengan teman Anda. Kemudian,

bacakanlah secara bergiliran.

3. Selama teman Anda membacakan khotbahnya, catatlah pokok-

pokok pikiran yang ada dalam khotbah tersebut dan buatlah

dalam bentuk ringkasan.

4. Sampaikan kembali isi pokok-pokok pikiran khotbah tersebut

dengan bahasa Anda sendiri.

Uji

Materi

1. Dengarkanlah khotbah dari radio, televisi, kaset, atau

compact disc

(CD).

2. Catatlah pokok-pokok pikiran yang ada dalam khotbah

tersebut dan buatlah dalam bentuk ringkasan.

3. Pajanglah rangkuman khotbah tersebut di majalah dinding atau

buletin sekolah.

Kegiatan

Lanjutan

59

Kemasyarakatan

Menganalisis Unsur Hikayat

B

Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat mengidentifikasi ciri

hikayat sebagai bentuk karya sastra lama; menemukan unsur-unsur

intrinsik (alur, tema, penokohan, sudut pandang, latar, dan amanat) dalam

hikayat; serta menceritakan kembali isi hikayat dengan bahasa Anda

sendiri.

Sumber

:

Dokumentasi pribadai

Apa yang menarik dari sejarah karya sastra kita? Salah satunya

adalah kehadiran hikayat. Mungkin Anda telah mengenal beragam

hikayat.

Namun, apakah sesungguhnya manfaat hikayat bagi manusia

zaman dahulu?

Hikayat adalah karya sastra Melayu lama berbentuk prosa yang

berisi cerita, undang-undang, silsilah raja-raja, agama, sejarah,

biografi, atau gabungan dari semuanya. Pada zaman dahulu, hikayat

dibaca untuk melipur lara, membangkitkan semangat juang, atau

sekadar meramaikan pesta.

Sebagai prosa lama, hikayat memiliki ciri-ciri yang membedakannya

dengan prosa baru atau prosa modern, di antaranya:

1. isi ceritanya berkisar pada tokoh raja dan keluarganya (istana

sentris);

2. bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika tersendiri yang

tidak sama dengan logika umum, ada juga yang menyebutnya

fantastis;

3. mempergunakan banyak kata arkais (klise). Misalnya,

hatta

,

syahdan

,

sahibul hikayat

,

menurut empunya cerita

,

konon

, dan

tersebutlah perkataan

;

4. nama pengarang biasanya tidak disebutkan (anonim).

Tema dominan dalam hikayat adalah petualangan. Biasanya, di

akhir kisah, tokoh utamanya berhasil menjadi raja atau orang yang

mulia. Oleh karena itu, alurnya pun cenderung monoton.

Penokohan dalam hikayat bersifat hitam putih. Artinya, tokoh

yang baik biasanya selalu baik dari awal hingga akhir kisah. Ia

pun dilengkapi dengan wajah dan tubuh yang sempurna. Begitu

pula sebaliknya, tokoh jahat selalu jahat walaupun tidak semuanya

berwajah buruk.

Contoh-contoh hikayat di antaranya "Hikayat Bayan Budiman",

"Hikayat Hang Tuah". "Hikayat Raja-Raja Pasai", "Hikayat Panji

Semirang", serta "Hikayat Kalila dan Dimna".

Berikut disajikan contoh teks hikayat, bacalah dengan saksama.

Gambar 3.2

Contoh hikayat dalam bentuk

tulisan Arab-Melayu

Hikayat Raja-Raja Pasai

I

Pemberian Nama Samudera

Maka tersebutlah perkataan Merah Silu (diam) di

Rimba Jerau itu. Sekali peristiwa pada suatu hari Merah

Silu pergi berburu. Ada seekor anjing dibawanya

akan perburuan Merah Silu itu, bernama si Pasai.

Dilepaskannya anjing itu. Lalu, ia menyalak di atas

tanah tinggi itu. Dilihatnya ada seekor semut, besarnya

seperti kucing. Ditangkapnya oleh Merah Silu semut

itu, lalu dimakannya. Tanah tinggi itupun disuruh Merah

Silu tebas pada segala orang yang sertanya itu. Setelah

itu, diperbuatnya akan istananya. Setelah itu, Merah Silu

60

Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XI Program IPA dan IPS

pun duduklah ia di sana; dengan segala hulubalangnya

dan segala rakyatnya diam ia di sana. Dinamai oleh

Merah Silu negeri itu Samudera, artinya semut

yang amat besar (= raja); di sanalah ia diam raja

itu.

Sembah mereka itu sekalian: "Sebenarnyalah

seperti sabda Yang Maha Mulia itu". Pikirlah Baginda

itu:

"Baik tempat ini kuperbuat negeri anakku

Sultan Malik at-Tahir kerajaan". Sultan Malik as-

Salehpun kembalilah ke istananya. Pada keesokan

harinya Bagindapun memberi titah kepada segala

menteri dan hulubalang rakyat tentera, sekalian

menyuruh menebas tanah akan tempat negeri,

masing-masing pada kuasanya dan disuruh Baginda

perbuat istana pada tempat tanah tinggi itu.

Sultan Malik as-Salehpun pikir di dalam hatinya,

hendak berbuat negeri tempat ananda Baginda. Titah

Sultan Malik as-Saleh pada segala orang besar:

"Esok hari kita hendak pergi berburu".

Telah pagi-pagi hari, Sultan Malik as-Salehpun

berangkat naik gajah yang bernama Perma Dewana.

Lalu berjalan ke seberang datang ke pantai. Anjing

yang bernama si Pasai itupun menyalak. Sultan Malik

as-Salehpun segera mendapatkan anjing itu. Dilihatnya,

yang disalaknya itu tanah tinggi, sekira-kira seluas

tempat istana dengan kelengkapan, terlalu amat

baik, seperti tempat ditambak rupanya. Oleh Sultan

Malik as-Saleh tanah tinggi itu disuruh oleh Baginda

tebas. Diperbuatnya negeri kepada tempat itu dan

diperbuatnya istana. Dinamainya Pasai menurut

nama anjing itu. Ananda Baginda Sultan Malik at-Tahir

dirayakan oleh Baginda di Pasai itu.

III

Peminangan Seorang Sultan

dan Perkawinannya

Kemudian dari itu, Sultan Malik as-Saleh menyuruhkan

Sidi ‘Ali Ghijas ad-Din ke negeri Perlak meminang

anak Raja Perlak. Adapun Raja Perlak itu beranak tiga

orang perempuan, dan yang dua orang itu anak gehara,

dan seorang anak gundik, Puteri Ganggang namanya.

Telah Sidi ‘Ali Ghijas ad-Din datang ke Perlak, ketiga

ananda itu ditunjukkannya kepada Sidi ‘Ali Ghijas ad-

Din. Adapun Puteri yang dua bersaudara itu duduk di

bawah, anaknya Puteri Ganggang itu didudukkan di

atas tempat yang tinggi, disuruhnya mengupas pinang.

Dan akan saudaranya kedua itu berkain warna bunga

air mawar dan berbaju warna bunga jambu, bersubang

lontar muda, terlalu baik parasnya. Sembah Sidi ‘Ali

Ghijas ad-Din kepada Raja Perlak:

"Ananda yang duduk di atas, itulah pohonkan

akan paduka ananda itu".

Tetapi Sidi ‘Ali Ghijas ad-Din tiada tahu akan

Puteri Ganggang itu anak gundik Raja Perlak. Maka

Raja Perlakpun tertawa gelak-gelak, seraya katanya:

"Baiklah, yang mana kehendak anakku".

Sumber

:

Bunga Rampai Melayu Kuno

, 1952

(dengan penyesuaian ejaan)

II

Pembangunan Negeri Pasai

Kata sahib al-hikayat: Pada suatu hari, Sultan

Malik as-Saleh pergi bermain-main berburu dengan

segala laskarnya ke tepi laut. Dibawanya seekor

anjing perburuan bernama si Pasai itu. Tatkala

sampailah Baginda itu ke tepi laut, disuruhnya

lepaskan anjing perburuan itu. Lalu, ia masuklah

ke dalam hutan yang di tepi laut itu. Bertemu ia

dengan seekor pelanduk duduk di atas pada suatu

tanah yang tinggi. Disalaknya oleh anjing itu, hendak

ditangkapnya. Tatkala dilihat oleh pelanduk anjing itu

mendapatkan dia, disalaknya anjing itu oleh pelanduk.

Anjing itupun undurlah. Tatkala dilihat pelanduk,

anjing itu undur, lalu pelanduk kembali pula pada

tempatnya. Dilihat oleh anjing, pelanduk itu kembali

pada tempatnya. Didapatkannya pelanduk itu oleh

anjing, lalu ia berdakap-dakapan kira-kira tujuh kali.

Heranlah Baginda melihat hal kelakuan anjing

dengan pelanduk itu. Masuklah Baginda sendirinya

hendak menangkap pelanduk itu ke atas tanah

tinggi itu. Pelanduk pun lari; didakapnya juga oleh

anjing itu. Sabda Baginda kepada segala orang yang

ada bersama-sama dengan dia itu:

"Adakah pernahnya kamu melihat pelanduk

yang gagah sebagai ini? Pada bicaraku sebab karena

ia diam pada tempat ini, itulah rupanya, maka

pelanduk itu menjadi gagah".

61

Kemasyarakatan

Dari isi hikayat tersebut, Anda dapat menganalisis unsur

intrinsik hikayat. Tema dalam hikayat tersebut berhubungan dengan

kisah sebuah kerajaan dari mulai pemberian nama, pembangunan

negeri, sampai hal-hal yang terjadi di negeri tersebut. Selanjutnya,

tokoh tokoh yang ada dalam cerita tersebut adalah Sultan Malik as-

Saleh, Merah Silu, si Pasai (seekor anjing), Perma Dewana (seekor

gajah), Sidi ‘Ali Ghijas ad-Din, dan tokoh tambahan lainnya.

Seperti halnya ciri hikayat, hikayat ini mengandung unsur

perwatakan tokoh yang mempunyai kemampuan sempurna sebagai

manusia. Ia adalah orang-orang istana yang berbeda dengan

kehidupan orang banyak. Adapun latarnya adalah di Rimba Jerau

dan Kerajaan Perlak. Alur cerita dalam hikayat tersebut merupakan

alur standar hikayat, yaitu alur maju. Dalam hal ini, Anda dapat

mengamati bahwa ada pembabakan cerita dari mulai penamaan

kerajaan sampai peminangan seorang putri raja. Dalam hikayat ini

seakan tidak ada konflik yang menonjol antara pertentangan satu

tokoh dengan tokoh lainnya. Sebagai karya tradisional, karya hikayat

mempunyai sudut penceritaan orang ketiga (dia atau nama tokoh).

Selanjutnya, gaya bahasa yang dipakai dalam bahasa ini adalah

gaya bahasa Melayu yang berbeda gayanya dengan bahasa masa

kini. Amanat yang hendak disampaikan adalah sebagai berikut.

1. Bacalah isi naskah hikayat berikut dengan baik.

2. Analisislah hal-hal yang berhubungan dengan unsur intrinsik dan

ekstrinsik naskah hikayat.

3. Catatlah kata-kata yang mungkin dianggap sulit atau kurang umum.

Lalu, carilah artinya di dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia

.

1. Seorang raja adalah manusia yang sempurna dan memiliki

kelebihan yang jauh berbeda dengan orang biasa.

2. Hal-hal kecil pun dapat membuat sejarah bagi perkembangan

negeri. Dalam hal ini contohnya nama negeri yang berasal

dari nama seekor anjing (Pasai).

3. Membina hubungan dengan negeri lain sangatlah diperlukan,

contohnya dengan adanya perkawinan antaranggota kerajaan.

Apakah Anda mempunyai pandangan lain terhadap isi penggalan

hikayat tersebut? Diskusikanlah dengan teman Anda.

Adapun mengenai unsur ekstrinsik hikayat ini, dalam keterangan

di buku

Perintis Sastra

(1952), disebutkan bahwa hikayat sejarah ini

terjadi pada zaman Sultan Malik as-Saleh. Hikayat ini dibuat sekitar

abad ke-14. Hal lain yang berhubungan dengan unsur luar (ekstrinsik)

sebuah hikayat ada kalanya sebagai legitimasi keberadaan sebuah

negeri atau keluarga raja. Hal ini sebagai tanda bahwa raja dan

negerinya dibuat dengan segala keajaiban di dalamnya yang tidak

bisa dilakukan oleh manusia biasa.

Uji

Materi

62

Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XI Program IPA dan IPS

Hikayat Indera Bangsawan

Tersebutlah perkataan seorang raja yang bernama

Indera Bungsu dari Negeri Kobat Syahrial.

Setelah

berapa lama di atas kerajaan, tiada juga beroleh

putra. Maka pada suatu hari, ia pun menyuruh orang

membaca doa kunut dan sedekah kepada fakir dan

miskin. Hatta beberapa lamanya, Tuan Puteri Sitti

Kendi pun hamillah dan bersalin dua orang putra

laki-laki. Ada

pun yang tua keluarnya dengan panah

dan yang muda dengan pedang. Maka baginda pun

terlalu amat sukacita dan menamai anaknya yang tua

Syah Peri dan anaknya yang muda Indera Bangsawan.

kepada suatu taman, dan bertemu sebuah mahligai.

Ia naik ke atas mahligai itu dan melihat sebuah

gendang tergantung. Gendang itu dibukanya dan

dipukulnya. Tiba-tiba ia terdengar orang yang

melarangnya memukul gendang itu. Lalu diambilnya

pisau dan ditorehnya gendang itu, maka Puteri

Ratna Sari pun keluarlah dari gendang itu. Puteri

Ratna Sari menerangkan bahwa negerinya telah

dikalahkan oleh Garuda. Itulah sebabnya ia ditaruh

orangtuanya dalam gendang itu dengan suatu

cembul. Di dalam cembul yang lain ialah perkakas

dan dayang-dayangnya. Dengan segera Syah Peri

mengeluarkan dayang-dayang itu. Tatkala Garuda itu

datang, Garuda itu dibunuhnya. Maka Syah Peri pun

duduklah berkasih-kasihan dengan Puteri Ratna

Sari sebagai suami istri dihadap oleh segala dayang-

dayang dan inang pengasuhnya.

Tersebut pula perkataan Indera Bangsawan pergi

mencari saudaranya. Ia sampai di suatu padang yang

terlalu luas. Ia masuk di sebuah gua yang ada di padang

itu dan bertemu dengan seorang raksasa. Raksasa itu

menjadi neneknya dan menceritakan bahwa Indera

Bangsawan sedang berada di negeri Antah Berantah

yang diperintah oleh Raja Kabir.

Adapun Raja Kabir itu takluk kepada Buraksa

dan akan menyerahkan putrinya, Puteri Kemala

Sari sebagai upeti. Kalau tiada demikian, negeri itu

akan dibinasakan oleh Buraksa. Ditambahkannya

bahwa Raja Kabir sudah mencanangkan bahwa

barang siapa yang dapat membunuh Buraksa itu

akan dinikahkan dengan anak perempuannya yang

terlalu elok parasnya itu. Sembilan orang anak raja

sudah berada di dalam negeri itu. Akhirnya raksasa

itu mencanangkan supaya Indera Bangsawan pergi

menolong Raja Kabir. Diberikannya juga suatu

permainan yang disebut sarung kesaktian dan satu

isyarat kepada Indera Bangsawan seperti kanak-

kanak dan ilmu isyarat itu boleh membawanya ke

tempat jauh dalam waktu yang singkat.

Dengan mengenakan isyarat yang diberikan

raksasa itu, sampailah Indera Bangsawan di negeri

Antah Berantah. Ia menjadikan dirinya budak-

budak berambut keriting. Raja Kabir sangat tertarik

kepadanya dan mengambilnya sebagai permainan

Puteri Kemala Sari. Puteri Kemala Sari juga sangat

suka cita melihatnya dan menamainya si Hutan. Maka

si Hutan pun disuruh Puteri Kemala Sari memelihara

kambingnya yang dua ekor itu, seekor jantan dan

seekor betina.

Pada suatu hari, Puteri Kemala Sari bercerita

tentang nasib saudara sepupunya Puteri Ratna Sari

yang negerinya sudah dirusakkan oleh Garuda.

Diceritakannya juga bahwa Syah Peri lah yang akan

membunuh garuda itu. Adapun Syah Peri itu ada

adik kembar, Indera Bangsawan namanya. Ialah yang

akan membunuh Buraksa itu. Tetapi bilakah gerangan

Maka anakanda baginda yang dua orang itu pun

sampailah usia tujuh tahun dan dititahkan pergi mengaji

kepada Mualim Sufian. Sesudah tahu mengaji, mereka

dititah pula mengaji kitab usul, fikih, hingga saraf, tafsir

sekaliannya diketahuinya. Setelah beberapa lamanya,

mereka belajar pula ilmu senjata, ilmu hikmat, dan

isyarat tipu peperangan. Maka baginda pun bimbanglah,

tidak tahu siapa yang patut dirayakan dalam negeri

karena anaknya kedua orang itu sama-sama gagah.

Jikalau baginda pun mencari muslihat; ia menceritakan

kepada kedua anaknya bahwa ia bermimpi bertemu

dengan seorang pemuda yang berkata kepadanya:

barang siapa yang dapat mencari buluh perindu yang

dipegangnya, ialah yang patut menjadi raja di dalam

negeri.

Setelah mendengar kata-kata baginda, Syah

Peri dan Indera Bangsawan pun bermohon pergi

mencari buluh perindu itu. Mereka masuk hutan

keluar hutan, naik gunung turun gunung, masuk

rimba keluar rimba, menuju ke arah matahari hidup.

Maka datang pada suatu hari, hujan pun turunlah

dengan angin ribut, taufan, kelam kabut, gelap gulita

dan tiada kelihatan barang suatu pun. Maka Syah

Peri dan Indera Bangsawan pun bercerailah. Setelah

teduh hujan ribut, mereka pun pergi saling cari-

mencari.

Tersebut pula perkataan Syah Peri yang sudah

bercerai dengan saudaranya Indera Bangsawan.

Maka ia pun menyerahkan dirinya kepada Allah

Subhanahuwata’ala dan berjalan dengan sekuat-

kuatnya. Beberapa lama di jalan, sampailah ia

63

Kemasyarakatan

Indera Bangsawan baru akan datang? Puteri Kemala

Sari sedih sekali. Si Hutan mencoba menghiburnya

dengan menyanyikan pertunjukan yang manis. Maka

Puteri Kemala Sari pun tertawalah dan si Hutan juga

makin disayangi oleh tuan puteri.

Hatta berapa lamanya Puteri Kemala Sari pun

sakit mata, terlalu sangat. Para ahli nujum mengatakan

hanya air susu harimau yang beranak mudalah yang

dapat menyembuhkan penyakit itu. Baginda bertitah

lagi. "Barang siapa yang dapat susu harimau beranak

muda, ialah yang akan menjadi suami tuan puteri."

Setelah mendengar kata-kata baginda Si Hutan

pun pergi mengambil seruas buluh yang berisi susu

kambing serta menyangkutkannya pada pohon kayu.

Maka ia pun duduk menunggui pohon itu. Sarung

kesaktiannya dikeluarkannya, dan rupanya pun kembali

seperti dahulu kala.

Hatta datanglah kesembilan orang anak raja

meminta susu kambing yang disangkanya susu

harimau beranak muda itu. Indera Bangsawan berkata

susu itu tidak akan dijual dan hanya akan diberikan

kepada orang yang menyediakan pahanya diselit

besi hangat. Maka anak raja yang sembilan orang itu

pun menyingsingkan kainnya untuk diselit Indera

Bangsawan dengan besi panas. Dengan hati yang

gembira, mereka mempersembahkan susu kepada

raja, tetapi tabib berkata bahwa susu itu bukan susu

harimau melainkan susu kambing. Sementara itu

Indera Bangsawan sudah mendapat susu harimau dari

raksasa (neneknya) dan menunjukkannya kepada raja.

Tabib berkata itulah susu harimau yang sebenarnya.

Diperaskannya susu harimau ke mata tuan puteri.

Setelah genap tiga kali diperaskan oleh tabib, maka

tuan puteri pun sembuhlah.

Hatta sampailah masa menyerahkan Tuan

Puteri kepada Buraksa. Baginda menyuruh orang

berbuat mahligai di tengah padang akan tempat

duduk tuan puteri. Di bawah mahligai itu ditaruh

satu bejana berisi air, supaya Buraksa boleh datang

meminumnya. Di sanalah anak raja yang sembilan

orang itu boleh berebut tuan puteri. Barang siapa

yang membunuh Buraksa itu, yaitu mendapat

hidungnya yang tujuh dan matanya yang tujuh, dialah

yang akan menjadi suami tuan puteri.

Maka tuan puteri pun ditinggalkan baginda di

mahligai di tengah padang itu. Si Hutan juga menyusul

datang. Tuan puteri terharu akan kesetiaannya

dan menamainya si Kembar. Hatta si Kembar

pun bermohon kepada tuan puteri dan kembali

mendapatkan raksasa neneknya. Raksasa neneknya

memberikan seekor kuda hijau dan mengajarnya

cara-cara membunuh Buraksa. Setelah itu, si Kembar

pun menaiki kuda hijaunya dan menghampiri

mahligai tuan puteri. Katanya kepada tuan puteri

bahwa dia adalah seorang penghuni hutan rimba

yang tiada bernama. Tujuan kedatangannya ialah

hendak melihat tamasya anak raja yang sembilan itu

membunuh Buraksa. Tuan puteri menyilakan naik

ke mahligai itu. Setelah menahan jerat pada mulut

bejana itu dan mengikat hujung tali pada leher

kudanya serta memesan kudanya menarik jerat itu

bila Buraksa itu datang meminum air, si Kembar pun

naik ke mahligai tuan puteri. Hatta Buraksa itu pun

datanglah dengan gemuruh bunyinya. Tuan puteri

ketakutan dan si Kembar memangkunya.

Tersebut pula perkataan Buraksa itu. Apabila

dilihatnya ada air di dalam mulut bejana itu, maka

ia pun minumlah serta dimasukannya kepalanya ke

dalam mulut bejana tempat jerat tertahan itu. Maka

kuda hijau si Kembar pun menarik tali jerat itu dan

Buraksa pun terjeratlah. Si Kembar segera datang

memarangnya hingga mati serta menghiris hidungnya

yang tujuh dan matanya yang tujuh itu. Setelah itu si

Kembar pun mengucapkan "selamat tinggal" kepada

tuan puteri dan gaib dari padang itu. Tuan puteri

ternganga-nganga seraya berpikir bahwa orang

muda itu pasti adalah Indera Bangsawan. Hatta para

anak raja pun datanglah. Dilihatnya bahwa Buraksa

itu sudah mati, tetapi mata dan hidungnya tiada lagi.

Maka mereka pun mengerat telinga, kulit kepala, jari,

tangan dan kaki Buraksa itu untuk dibawa kepada

baginda. Baginda tidak percaya mereka sudah

membunuh Buraksa itu, karena tanda-tanda yang

dibawa mereka itu bukan alamatnya. Selang berapa

lama, si Kembar pun datang dengan membawa

mata dan hidung Buraksa itu dan diberikan tuan

puteri sebagai isteri. Si Kembar menolak dengan

mengatakan bahwa dia adalah hamba yang hina.

Tetapi, tuan puteri menerimanya dengan senang

hati.

Sumber

:

Buku Kesusastraan Melayu Klasik

4. Kemukakanlah hasil analisis Anda tersebut bersama teman-

teman.

5. Diskusikanlah unsur intrinsik dan ekstrinsik naskah hikayat

tersebut.

6. Ceritakanlah kembali isi hikayat tersebut dengan menggunakan

bahasa Anda sendiri.

64

Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XI Program IPA dan IPS

Prinsip-Prinsip Resensi Buku

Sastra

C

Sumber

:

Majalah

Matabaca

, Oktober 2002

Riwayat J.K. Rowling dan Harry Potter

Judul Buku

:

Wawancara dengan J.K.

Rowling, Pencipta Harry

Potter

Penulis : Lindsey Fraser

Penerbit

: Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta, 2004

Tebal : 64 halaman

Boleh dikatakan, pembaca buku di

seluruh dunia tak ada yang tidak kenal Harry

Potter. Serial

Harry Potter

, yang telah terbit

lima dari tujuh seri yang direncanakan, telah

menyihir semua orang, tidak peduli apakah itu

anak-anak, remaja, atau orang tua. Film yang

diangkat dari buku ini juga berhasil membius

para penonton segala usia.

Buku serial

Harry Potter

memang telah

menjadi fenomena sejarah perbukuan dunia.

Diterjemahkan ke dalam 61 bahasa dan

terjual lebih dari 250 juta eksemplar di 200

negara, setiap seri dari buku ini mencatatkan

jejak yang luar biasa. Buku kelima serial

Harry Potter, Harry Potter and the Order of

the Phoenix

, memecahkan rekor sebagai buku

terlaris sepanjang masa. Buku ini juga tercatat

sebagai satu-satunya buku yang menjadi

bestseller

bahkan sebelum bukunya selesai

ditulis, saking banyaknya pembaca yang

memesan terlebih dulu. Kehadiran Harry

Potter bahkan berhasil mencerahkan industri

perbukuan dunia, di antaranya menyelamatkan

Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat mengungkapkan

prinsip-prinsip penulisan resensi: identitas buku, kepengarangan,

keunggulan buku, kelemahan buku, ikhtisar (inti permasalahan) dengan

bahasa yang komunikatif dan menggunakan EYD; serta membuat

simpulan,

Apakah Anda pernah membaca resensi buku sastra yang ada

di media massa? Mungkin, setelah Anda membaca resensi buku

tersebut, Anda tergugah untuk membeli buku tersebut. Hal tersebut

merupakan manfaat resensi bagi calon pembaca sebuah buku. Anda

pun dapat menulis resensi. Tentunya, Anda harus mengetahui apa

saja prinsip-prinsip penulisan resensi buku sastra.

Berikut ini contoh resensi buku.

krisis yang dialami Penerbit Scholastic dan

kios buku maya

www.amazon.com

.

Demikian juga dengan J.K. Rowling alias

Joanne Kathleen Rowling, penulis buku itu.

Meski tidak akan bisa melampau keterkenalan

tokoh ciptaannya, namanya telah menjulang

ke puncak ketenaran. Berkat Harry Potter

pula J.K. Rowling menjadi wanita Inggris

yang kekayaannya melebihi Ratu Elizabeth

II. Berbagai penghargaan tak terhitung lagi

diterimanya berkat buku ini, juga gelar ke-

ningratan Kerajaan Inggris OBE (

Order of the

British Empire

).

65

Kemasyarakatan

Siapakah sesungguhnya J.K. Rowling

dan bagaimana Harry Potter diciptakan? Inilah

barangkali pertanyaan terbesar yang diajukan

banyak orang. Ini pula yang ditelisik Lindsey

Frazer dalam buku Wawancara dengan J.K.

Rowling, pencipta Harry Potter M. Lindsey

Fraser adalah seorang pemerhati buku anak-anak

ternama dan pemimpin sebuah organisasi yang

mendorong minat baca dan memperkenalkan

bacaan anak. Melalui buku kecil ini, ia berhasil

menguak latar belakang kehidupan J.K. Rowling,

bagaimana ide penciptaan kisah Harry Potter,

proses penulisan dan resep apa yang digunakan

sehingga buku ini mencapai kesuksesan yang

luar biasa, termasuk juga rencana J.K. Rowling

dalam penulisan dua buku terakhirnya nanti.

Buku ini juga memaparkan tinjauan ringkas

dan padat atas lima seri Harry Potter yang telah

diterbitkan.

Sumber

:

Matabaca

, 7 Maret 2004

Apakah resensi itu? Resensi berasal dari bahasa Latin, yaitu

dari kata kerja

revidere

atau

recensere

. Artinya melihat kembali,

menimbang, atau menilai. Arti yang sama untuk istilah itu dalam

bahasa Belanda dikenal dengan

recensie

, sedangkan dalam bahasa

Inggris dikenal dengan istilah

review

. Tiga istilah itu mengacu pada hal

yang sama, yakni mengulas sebuah buku. Tindakan meresensi buku

dapat berarti memberikan penilaian, mengungkap kembali isi buku,

membahas, atau mengkritik buku. Dengan pengertian yang cukup

luas itu, maksud ditulisnya resensi buku tentu menginformasikan isi

buku kepada masyarakat luas.

Apakah hanya buku yang bisa diresensi? Sebenarnya bidang

garapan resensi cukup luas. Apabila diklasifikasikan, ada tiga

bidang garapan resensi, yaitu (a) buku, baik fiksi maupun nonfiksi;

(b) pementasan seni, seperti film, sinetron, tari, drama, musik, atau

kaset; (c) pameran seni, baik seni lukis maupun seni patung.

1. Tujuan Resensi

Sebelum meresensi, hendaknya peresensi memahami tujuan resensi.

Apa sebenarnya tujuan resensi. Jika diamati, pemuatan resensi buku

sekurang-kurangnya mempunyai lima tujuan, yaitu sebagai berikut.

a. Memberikan informasi atau pemahaman yang komprehensif

tentang apa yang tampak dan terungkap dalam sebuah buku.

b. Mengajak pembaca untuk memikirkan, merenungkan, dan

mendiskusikan lebih jauh fenomena atau problema yang muncul

dalam sebuah buku.

c. Memberikan pertimbangan kepada pembaca apakah buku itu

pantas mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak.

d. Menjawab pertanyaan yang timbul jika seseorang melihat buku

yang baru terbit, seperti berikut.

-

Siapa pengarangnya

?

-

Mengapa ia menulis buku itu

?

-

Apa pernyataannya

?

-

Bagaimana hubungannya dengan buku-buku sejenis karya

pengarang yang sama

?

-

Bagaimana hubungannya dengan buku-buku sejenis yang

dihasilkan oleh pengarang-pengarang lain

?

e. Untuk segolongan pembaca, resensi mempunyai tujuan

berikut:

- membaca agar mendapatkan bimbingan dalam memilih

buku;

Sumber

:

Dokumentasi pribadi

Gambar 3.3

Teknik menulis resensi dapat Anda

peroleh dari buku-buku yang

membahas dasar-dasar meresensi

buku.

66

Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XI Program IPA dan IPS

- setelah membaca resensi berminat untuk membaca atau

mencocokkan seperti apa yang ditulis dalam resensi;

- tidak ada waktu untuk membaca buku, kemudian meng-

andalkan resensi sebagai sumber informasi.

2. Dasar-Dasar Resensi

Sebelum meresensi, peresensi perlu memahami dasar-dasar

resensi. Apa sajakah dasar-dasarnya? Berikut ini penjelasannya.

a. Peresensi memahami sepenuhnya tujuan pengarang buku itu.

Tujuan pengarang dapat diketahui dari kata pengantar atau

bagian pendahuluan buku. Kemudian, dicari apakah tujuan itu

direalisasikan dalam seluruh bagian buku.

b. Peresensi menyadari sepenuhnya tujuan meresensi karena

sangat menentukan corak resensi yang akan dibuat.

c. Peresensi memahami betul latar belakang pembaca yang

menjadi sasarannya: selera, tingkat pendidikan, dari kalangan

macam apa asalnya, dan sebagainya. Atas dasar itu, resensi yang

dimuat surat kabar atau majalah tidak sama dengan yang dimuat

pada surat kabar atau majalah yang lain.

d. Peresensi memahami karakteristik media cetak yang akan

memuat resensi. Setiap media cetak ini mempunyai identitas,

termasuk dalam visi dan misi. Dengan demikian, kita akan

mengetahui kebijakan dan resensi macam apa yang disukai

oleh redaksi. Kesukaan redaksi ini akan tampak pada frekuensi

jenis buku yang dimuat. Demikian pula, jenis buku yang dimuat

biasanya sesuai dengan visi dan misinya. Misalnya, majalah

sastra tidak menampilkan resensi buku tentang teknik. Jenis

buku yang dimuat pasti buku yang berkaitan dengan masalah

ekonomi. Demikian pula dengan majalah teknik dan filsafat.

Selain itu, peresensi ada baiknya mengetahui media yang akan

dituju, seperti surat kabar (nasional atau daerah), dan majalah

(ilmiah, ilmiah populer, atau hiburan).

3. Nilai Buku

Kegiatan meresensi buku pada hakikatnya melakukan penilaian

terhadap buku. Menilai berarti mengulas, mempertimbangkan,

mengkritik, dan menunjukkan kelebihan-kelebihan serta kekurangan-

kekurangan buku dengan penuh tanggung jawab. Dengan penuh

tanggung jawab artinya mengajukan dasar-dasar atau argumen

terhadap pendapatnya, dan kriteria-kriteria yang dipergunakan untuk

Sumber

:

Majalah Tempo

, Januari 2005

Resensi buku mempunyai manfaat

bagi calon pembaca buku.

R

ib k

i

f

Gambar 3.4

67

Kemasyarakatan

membentuk pendapatnya itu, serta data yang meyakinkan (dengan

menyajikan kutipan-kutipan yang tepat dan relevan). Akan tetapi,

sasaran penilaian (organisasi, isi, bahasa, dan teknik) itu sering

sulit diterapkan secara mekanis. Suatu unsur, sering lebih mendapat

tekanan daripada unsur yang lain. Hal yang patut diperhatikan

sebaiknya tidak menggunakan salah satu unsur untuk menilai

keseluruhan buku.

Nilai buku akan lebih jelas apabila dibandingkan dengan karya-

karya sejenis, baik yang ditulis oleh pengarang itu sendiri maupun

yang ditulis oleh pengarang lain.

4. Bahasa Resensi

Bahasa resensi biasanya bernas (singkat-padat), tegas, dan

tandas. Pemilihan karakter bahasa yang digunakan disesuaikan

dengan karakter media cetak yang akan memuatnya dan karakter

pembaca yang akan menjadi sasarannya.

Pemilihan karakter bahasa berkaitan erat dengan masalah

penyajian tulisan. Misalnya, tulisan yang runtut kalimatnya, ejaannya

benar, tidak panjang lebar (bertele-tele), dan tidak terlalu banyak

coretan atau bekas hapusan.

Di samping itu, penyajian tulisan resensi bersifat padat, singkat,

mudah ditangkap, menarik, dan enak dibaca. Tulisan yang menarik

dan enak dibaca artinya enak dibaca baik oleh redaktur (penanggung

jawab rubrik) maupun pembaca. Kita perlu membiasakan diri

membaca resensi itu dengan menempatkan diri sebagai redaktur

atau pembaca. Untuk itu, kita mengambil jarak. Jadikanlah diri

kita seolah-olah redaktur atau pembaca. Dengan cara ini, emosi

kita sebagai penulis bisa ditanggalkan. Kita akan mampu melihat

kekuatan dan kelemahan resensi kita.

5. Kelebihan Resensi

a. Tidak Basi

Jika dibandingkan dengan tulisan lain, seperti berita, artikel,

dan karangan khas (

features

), resensi lebih tahan lama. Artinya,

andaipun resensi dikembalikan oleh redaksi, resensi itu masih dapat

dikirim ke media lain. Demikian pula buku yang diresensi tidak

harus buku yang baru terbit. Kita boleh meresensi buku yang terbit

setahun yang lalu, asalkan buku itu belum pernah dimuat di media

yang akan dituju. Meskipun demikian, pada umumnya buku yang

diresensi, buku-buku yang baru terbit.

b. Menambah Wawasan

Informasi dari buku sangat berguna untuk menambah wawasan

berpikir dan mengasah daya kritis. Kita juga bisa menilai apakah

buku itu bermutu atau tidak.

c. Keuntungan Finansial

Jika resensi kita dimuat, kita tidak menerima honor dari redaksi

saja, tetapi juga dari penerbit. Kalau fotokopi resensi itu dikirim ke

penerbit, minimal buku baru yang kita dapat (jika penerbit tidak

bersedia memberi honor). Biasanya penerbit akan memberi beberapa

buah buku baru untuk diresensi kalau resensi buku kita sering dimuat

di media cetak. Jadi, lumayan koleksi buku kita bertambah tanpa

harus membeli.

6. Pola Tulisan Resensi

Ada tiga pola tulisan resensi buku, yaitu meringkas, menjabarkan,

dan mengulas.

Sumber

:

Dokumentasi pribadi

Gambar 3.5

Contoh resensi yang dimuat dalam

sebuah media cetak.

68

Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XI Program IPA dan IPS

a. Meringkas (sinopsis) berarti menyajikan semua persoalan buku

secara padat dan jelas. Sebuah buku biasanya menyajikan banyak

persoalan. Persoalan-persoalan itu sebaiknya diringkas. Untuk

itu, perlu dipilih sejumlah masalah yang dianggap penting dan

ditulis dalam suatu uraian yang bernas.

b. Menjabarkan (deskripsi) berarti mengungkapkan hal-hal menonjol

dari sinopsis yang sudah dibuat. Jika perlu, bagian-bagian yang

mendukung uraian itu dikutip.

c. Mengulas berarti menyajikan uraian sebagai berikut:

- isi pernyataan atau materi buku yang sudah dipadatkan dan

dijabarkan kemudian diinterpretasikan;

- organisasi atau kerangka buku;

- bahasa;

- kesalahan cetak;

- membandingkan (komparasi) dengan buku-buku sejenis,

baik karya pengarang sendiri maupun karya pengarang

lain;

-

menilai, mencakup kesan peresensi terhadap buku, terutama

yang berkaitan dengan keunggulan dan kelemahan buku.

Urutan pola meringkas, menjabarkan, dan mengulas itu dapat

pula dipertukarkan. Kita bisa langsung mengulas, menjabarkan,

dan meringkas. Misalnya, kita mulai dari kesan terhadap buku,

membandingkan, lalu masuk ke bagian meringkas. Sesudah itu,

kita memadatkan persoalan utama atau bagian terpenting dalam

uraian yang singkat dan jelas. Kemudian, kita perlu menjabarkan

bagian-bagian terpenting dari sinopsis. Kita pun dapat mulai

dari menjabarkan, meringkas, dan mengulas. Namun, satu hal

terpenting, isi pernyataan dalam buku itu dipahami terlebih dahulu.

Dari pemahaman itu, kita akan tahu pola mana yang tepat untuk

menyajikannya.

7. Langkah-Langkah Meresensi Buku

Langkah-langkah meresensi buku sebagai berikut.

a. Penjajakan atau pengenalan terhadap buku yang diresensi.

- Mulai dari tema buku yang diresensi, disertai deskripsi isi

buku.

- Siapa yang menerbitkan buku itu, kapan dan di mana

diterbitkan, tebal (jumlah bab dan halaman), format, hingga

harga.

- Siapa pengarangnya: nama, latar belakang pendidikan,

reputasi dan prestasi, buku atau karya apa saja yang ditulis,

hingga mengapa ia menulis buku itu.

- Buku itu termasuk golongan buku yang mana: ekonomi,

teknik, politik, pendidikan, psikologi, sosiologi, filsafat,

bahasa, atau sastra.

b. Membaca buku yang akan diresensi secara komprehensif,

cermat, dan teliti. Peta permasalahan dalam buku itu perlu

dipahami secara tepat dan akurat.

c. Menandai bagian-bagian buku yang diperhatikan secara khusus

dan menentukan bagian-bagian yang dikutip untuk dijadikan data.

d. Membuat sinopsis atau intisari dari buku yang akan diresensi.

e. Menentukan sikap dan menilai hal-hal berikut.

- Organisasi atau kerangka penulisan; bagaimana hubungan

antara bagian yang satu dan bagian yang lain, bagaimana

sistematikanya, dan bagaimana dinamikanya.

Sumber

:

Dokumentasi pribadi

Gambar 3.6

Buku yang pernah Anda baca dapat

diresensi.

69

Kemasyarakatan

- Isi pernyataan; bagaimana bobot ide, analisis, penyajian

data, dan kreativitas pemikirannya.

- Bahasa; bagaimana ejaan yang disempurnakan diterapkan,

kalimat dan penggunaan kata, terutama untuk buku ilmiah.

- Aspek teknis; bagaimana tata letak, tata wajah, kerapian

dan kebersihan, dan pencetakannya (banyak salah cetak

atau tidak).

Sebelum menilai, alangkah baiknya jika terlebih dahulu dibuat

semacam garis besar (

outline

) resensi itu. Outline ini sangat membantu

kita ketika menulis. Mengoreksi dan merevisi hasil resensi dengan

menggunakan dasar dan kriteria yang kita tentukan sebelumnya.

8. Unsur-Unsur Resensi

Kita perlu mengetahui unsur-unsur yang membangun resensi

buku. Apa saja unsur-unsur yang membangun resensi buku?

a. Membuat Judul Resensi

Judul resensi yang menarik dan benar-benar menjiwai seluruh tulisan

atau inti tulisan, tidak harus ditetapkan terlebih dahulu. Judul dapat

dibuat sesudah resensi selesai. Hal yang perlu diingat, judul resensi

selaras dengan keseluruhan isi resensi.

b. Menyusun Data Buku

Data buku biasanya disusun sebagai berikut:

- judul buku (Apakah buku itu termasuk buku hasil ter-

jemahan. Kalau demikian, tuliskan juga judul aslinya.);

- pengarang (Kalau ada, tulislah juga penerjemah, editor,

atau penyunting seperti yang tertera pada buku.);

- penerbit;

- tahun terbit beserta cetakannya (cetakan ke berapa);

- tebal buku;

- harga buku (jika diperlukan).

c. Membuat Pembukaan (

lead

)

Pembukaan dapat dimulai dengan hal-hal berikut:

- memperkenalkan siapa pengarangnya, karyanya berbentuk

apa saja, dan prestasi apa saja yang diperoleh;

- membandingkan dengan buku sejenis yang sudah ditulis,

baik oleh pengarang sendiri maupun oleh pengarang lain;

- memaparkan kekhasan atau sosok pengarang;

- memaparkan keunikan buku;

- merumuskan tema buku;

- mengungkapkan kritik terhadap kelemahan buku;

- mengungkapkan kesan terhadap buku;

- memperkenalkan penerbit;

- mengajukan pertanyaan;

- membuka dialog.

d. Tubuh atau Isi Pernyataan Resensi Buku

Tubuh atau isi pernyataan resensi biasanya memuat hal-hal

berikut:

a. sinopsis atau isi buku secara bernas dan kronologis;

b. ulasan singkat buku dengan kutipan secukupnya;

c. keunggulan buku;

d. kelemahan buku;

e. rumusan kerangka buku;

f. tinjauan bahasa (mudah atau berbelit-belit);

g. adanya kesalahan cetak.

Sumber

:

Dokumentasi pribadi

Gambar 3.7

Pengenalan teknik meresensi buku

dilakukan sebelum kita melakukan

kegiatan meresensi buku.

70

Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XI Program IPA dan IPS

e. Penutup Resensi Buku

Bagian penutup, biasanya berisi uraian tentang buku itu penting

untuk siapa dan mengapa.

1. Kunjungilah perpustakaan sekolah atau perpustakaan daerah

bersama kelompok Anda.

2. Pilihlah sebuah media massa cetak (koran, tabloid, majalah) yang

memuat resensi buku. Jika perlu, Anda pun dapat mengakses

situs internet yang memuat resensi buku.

3. Fotokopilah resensi buku tersebut dan sampaikan isinya kepada

teman-teman Anda.

4. Sampaikanlah hal-hal apa saja yang dikemukakan dalam isi resensi,

mengenai kelebihan dan kekurangan buku yang diresensi.

1. Kegiatan mendengarkan sambutan dapat dipraktikkan dalam

kehidupan sehari-hari.

2. Dalam mendengarkan sambutan/khotbah, kita harus memahami

hal-hal pokok yang ada dalam sambutan/khotbah.

3. Hikayat adalah karya sastra Melayu Lama berbentuk prosa.

4. Ciri-ciri hikayat: istana sentris, pralogis, bahasa arkais, anonim.

5. Resensi adalah upaya mengulas buku. Dalam hal ini, ada tindakan

penilaian atau kritik terhadap isi buku.

6. Hal-hal yang harus diperhatikan saat menulis resensi adalah:

a. tujuan resensi

b. dasar-dasar resensi

c. nilai buku

d. bahasa resensi

e. kelebihan resensi

f. langkah

g. unsur-unsur resensi

Rangkuman

Uji

Materi

1. Kunjungilah perpustakaan sekolah Anda.

2. Pilihlah sebuah buku kumpulan novel yang menarik menurut

Anda.

3. Buku kumpulan novel yang Anda miliki pun dapat

dipergunakan untuk bahan resensi.

4. Bacalah dengan saksama seluruh novel tersebut.

5. Tugas ini untuk bahan Uji Materi di Pelajaran 4A nanti.

Kegiatan

Lanjutan

71

Kemasyarakatan

Refleksi Pelajaran

Kemampuan menangkap hal-hal pokok dari sambutan/

khotbah berkaitan dengan upaya kita berkonsentrasi saat

mendengarkan. Kegiatan ini akan berguna jika Anda suatu

waktu mendengarkan khotbah di masyarakat. Adapun

pelajaran mendengarkan hikayat akan bermanfaat jika Anda

ingin menganalisis atau mengapresiasi naskah Melayu Lama.

Mungkin suatu waktu Anda bercita-cita menjadi ahli filologi.

Selain itu, Anda pun dapat menemukan nilai-nilai kehidupan

di dalamnya. Selanjutnya, kegiatan mengenai cara penulisan

resensi akan menjadi pengetahuan bagi Anda dalam mengkritik

karya sastra yang dibaca. Dalam hal ini, Anda dapat terus berlatih

menulis resensi. Jika berani, Anda dapat mengirimkan resensi

karya sastra yang ditulis ke media massa di daerah Anda.

Kerjakanlah soal berikut.

Untuk soal 1 s.d. 5, bacalah resensi berikut.

"

Belum kubaca habis berita ini, mataku sudah

melompat ke berita lain. Meskipun keinginanku untuk

mengetahui segala sesuatu yang terjadi di masa itu

besar, aku tak tahan membaca cara penulisan yang

buruk. Barangkali seleraku terlanjur dibentuk oleh

buku-buku bacaan yang baru kusadari belakangan

ditulis dengan sangat bagus

." (hlm. 153)

Oleh karena itu, wajar apabila ada pembaca

novel ini –termasuk saya– menerapkan pola membaca

ala tokoh Aku tadi.

Ada beberapa bab yang bisa

diabaikan, jika tidak ingin berlarut-larut dengan

permainan kata yang sebenarnya indah,

tetapi

akhirnya justru menjemukan. Seperti Bab 7 "Cinta

dan Bencana" (hlm. 53), Bab 16 "Negeri Cahaya" (hlm.

135), dan bab 19 "Sang Mata di Tepi Pantai" (hlm.163),

serta bab 20 "Utopia Ketiadaan" (hlm.173). Namun,

jangan coba mengabaikan bab-bab pertama di buku ini,

yang walau menjemukan, tetap saja menjadi rangkaian

fragmen yang akhirnya saling berkait kendati tak

berurut satu sama lainnya.

Adalah wajar apabila pola membaca seperti itu

diterapkan, toh SGA yang menjelma menjadi tokoh

Aku di cerita ini, secara jujur mengungkapkan proses

kepenulisan dan alur penceritaan saat membahas

sedikit jati dirinya di Bab 9 "Aku Hanyalah Seorang

Tukang Kibul" (hlm. 69). Disebutkan, bahwa cerita

yang diceritakan urut tak urut, terbolak-balik, dan

campur aduk.

"

Maklumlah, aku bukan seorang penulis yang

piawai, tetapi aku merasa perlu mengosongkan

kepalaku dari segenap kenangan adapun angan-

anganku. Jadi, itulah yang aku lakukan selama ini,

berusaha memindahkan dunia dalam kepalaku keluar

sebisa-bisanya. Urut tak urut, terbolak-balik, dan campur

aduk, biarlah terhadirkan seperti apa adanya, selama

aku bisa terbebaskan dari cerita yang terus menerus

mengendon dalam kepalaku

." (hlm 69)

Mengambil

setting

zaman pencidukan 1965-

1966 setelah peristiwa Gestapu yang saat itu si Aku

masih kecil dan menceritakannya –atau tepatnya,

menuliskannya–saat dia meringkuk di penjara karena

terlibat pembobolan bank puluhan tahun kemudian,

jalan cerita yang dibangun SGA benar-benar di luar

dugaan. Karena dia menggabungkan unsur misteri,

romantis melankolis yang satir, yang dirangkum

secara terpisah tapi kemudian tidak bisa dipisahkan.

Selain tokoh aku, juga dibangun "keterlibatan"

tokoh lain di cerita ini agar tidak hambar. Contohnya

perempuan gila yang keluarga dan saudara kembarnya

dihabisi massa lantaran dianggap PKI. Di sinilah tema

sentralnya; traumatik dan pembalasan dendam. Tokoh

Aku dilibatkan di kisah ini karena dia jatuh cinta –walau

belum pernah sekalipun berhubungan/berkomunikasi–

dengan saudara kembar si perempuan gila yang dibakar

hidup-hidup bersama k

eluarga besarnya. Si kembar

yang tewas, menjadi dekat dengan si Aku, karena

"kelebihan" si Aku yang bisa melihat kehidupan di

"dunia lain" yang menjadi dunianya si kembar.

Resensi Buku Novel

Kalatidha

Karya Seno Gumira Aji Darma (SGA)

Soal Pemahaman Pelajaran 3

Kjk

K

K

72

Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas XI Program IPA dan IPS

Lalu ada pula tokoh Joni Gila yang dimunculkan

sebagai orang gila yang turut menganiaya dengan

menendang dan memukul si perempuan gila saat

dirawat di rumah sakit jiwa. Namun, Joni tidak turut

memerkosa si perempuan gila, seperti halnya yang

dilakukan penjaga malam, sipir, hingga dokter kepala

di rumah sakit jiwa itu.

Di sinilah letak kegilaan yang coba dibangun

SGA. Dengan "memberi tempat" untuk tokoh Joni

Gila dalam 3 bab soal catatan si Joni Gila. Berhasilkah

SGA menjelaskan cara berpikir orang gila? Berhasil,

tapi justru memunculkan pertanyaan lanjutan, kok

bisa-bisanya orang gila membuat catatan yang isinya

dan bahasanya jauh lebih tinggi –dan kadang sulit

dimengerti– dari orang yang tidak gila sekalipun.

Sumber

:

www.ruangbaca.com

1. Hal apa saja yang dibahas dalam resensi novel tersebut?

2. Bagaimanakah pengarang menceritakan para tokoh cerita?

3. Menurut Anda, apakah kelebihan dan kekurangan yang diangkat

penulis resensi novel tersebut? Buktikan dengan data yang

mendukung.

4. Bagaimanakah pandangan penulis resensi terhadap

setting

yang

ada dalam novel tersebut?

5. Tuliskanlah rangkuman dalam beberapa kalimat dengan bahasa

Anda sendiri terhadap isi resensi tersebut.